Distannak Imbau Masyarakat Waspada Skabies Anjing

Muntok, Bangka Barat, 7/11 (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Peternakan (Ditannak) Bangka Barat, Provinsi Bangka Belitung, mengimbau masyarakat untuk mewaspadai berjangkitnya penyakit skabies pada anjing dan kucing karena dapat menular ke ternak lain dan manusia.

"Penyakit skabies atau penyakit kulit yang disebabkan tungau atau kutu skabies, penyakit ini sering menyerang anjing, kucing, kelinci dan dapat juga menular ke manusia," ujar Kepala Bidang Peternakan pada Distannak Bangka Barat, Gunawan di Muntok, Senin.

Ia menjelaskan, untuk mengantisipasi penyebaran penyakit tersebut sebaiknya para pemilik memusnahkan atau mengobati dan mengandangkan anjing-anjing yang sudah terkena skabies sampai benar-benar sembuh.

Ia mengatakan, populasi anjing di Bangka Barat saat ini mencapai sekitar 5.000 ekor yang tersebar di enam kecamatan meliputi Kecamatan Muntok, Simpang Teritip, Tempilang, Kelapa, Jebus dan Parittiga.

"Di jalan-jalan dan di lingkungan perkampungan banyak dijumpai anjing yang terkena penyakit tersebut, dan masih berkeliaran bebas yang mengakibatkan penularannya tidak bisa dikendalikan," ujarnya.

Menurut dia, tungau penyebab penuakit skabies berukuran sangat kecil sekitar 0,2 sampai 0,4 milimeter,yang hanya bisa dilihat dengan mikroskop.

"Seluruh siklus hidup tungau ini berada di tubuh induk semangnya, tungau betina menggali dan melubangi kulit kemudian bertelur beberapa kali sambil terus menggali saluran-saluran dalam kulit induk semangnya," ujarnya.

Ia mengatakan, lubang-lubang dalam kulit yang digali seekor tungau betina dapat mencapai panjang beberapa centimeter dan anjing atau kucing yang terkena penyakit skabies biasanya sulit untuk disembuhkan karena penyakit tersebut sudah menahun dan menyerang sampai ke dasar kulit.

Ia menjelaskan, tanda-tanda awal terkena penyakit ini biasanya berupa rontok dan gatal disekitar telinga, pinggiran daun telinga terlihat ada kerak berwarna putih yang dapat menyebar dengan cepat ke sekitar wajah, leher, hidung, kelopak mata, perut dan telapak kaki.

Menurut dia, obat yang sering digunakan untuk mengatasi penyakit ini berupa sulfur atau belerang, dengan cara memandikan hewan yang terserang skabies dengan shampoo atau sabun yang mengandung sulfur, kemudian dicelup dengan cairan sulfur berkonsentrasi 2 sampai 3 persen.

"Mandikan hewan tersebut setiap tujuh hari sampai sembuh, minimal diperlukan 6 sampai 8 kali mandi hingga penyakit sembuh," ujarnya.

Selain dengan cara tersebut, menurut dia, skabies juga dapat disembuhkan dengan suntikan avermectin, seperti ivermectin, doramectin dan selamectin, setidaknya diperlukan dua kali suntikan ivermectin dengan selang waktu 2 minggu, agar penyakit dapat sembuh total.

Ia menjelaskan, jika dalam satu rumah terdapat beberapa ekor hewan, pengobatan sama juga harus diakukan terhadap hewan lainnya, karena jika tidak diobati, ada kemungkinan terjadi infeksi ulang dari hewan lain yang tidak diobati yang mengakibatkan penyakit tersebut tidak pernah sembuh secara tuntas.

"Pada manusia biasanya penyakit ini bersifat sementara dan sembuh dengan sendirinya, namun ada beberapa orang yang memiliki kekebalan tubuh kurang baik dan cenderung lebih sensitif terhadap serangan penyakit ini," ujarnya.

Pengobatan pada manusia dapat diolesi Permithrin 1 persen atau krim Crotamition 10 persen yang dioleskan pada kulit yang terkena dan kemudian didiamkan selama 24 jam, pengobatan dan pencegahan bisa dilakukan dengan mencuci tangan atau bagian yang gatal dengan sabun yang mengandung sulfur dan salep scabicid.

"Jika hewan sudah diobati dan tidak sembuh juga sebaiknya segera dimusnahkan, karena penyakit tersebut akan cepat menular dan dikhawatirkan menyerang ternak lain yang biasa dikonsumsi manusia seperti kambing dan sapi," ujarnya.

Sumber: 
Antara News
Penulis: 
Antara News