Setiap jenis tanaman memang memiliki kadar penyerapan karbondioksida yang berbeda-beda. Banyak faktor dan sebab yang mempengaruhi hal ini, antara lain berdasarkan mutu klorofil yang ada dalam daun, yang ditentukan oleh banyak sedikitnya magnesium yang menjadi inti klorofil. Semakin besar tingkat magnesium yang dikandung dalam klorofil tumbuhan, warna daun akan semakin berwarna hijau gelap. Sehingga membantu mengoptimalkan proses fotosintesis yang terjadi. Selain itu tumbuhan atau pohon buah-buahan termasuk golongan penyerap karbon yang paling baik. Faktor lainnya yang ikut menentukan daya serap karbondioksida adalah suhu, dan sinar matahari, ketersediaan air.
Berikut adalah beberapa tanaman penyelamat lingkungan yang mampu menyerap karbondioksida terbaik di dunia :
- TREMBESI (Albizia saman / Samanea saman)
Trembesi atau Ki hujan (Albizia saman (Jacq.) Merr.) sinonim Samanea saman (Jacq.) Merr.) merupakan sebuah tumbuhan pohon besar, tinggi, dengan tajuk yang sangat melebar. Tumbuhan ini pernah populer sebagai tumbuhan peneduh. Perakarannya yang sangat meluas membuatnya kurang populer karena dapat merusak jalan dan bangunan di sekitarnya. Namanya berasal dari air yang sering menetes dari tajuknya karena kemampuannya menyerap air tanah yang kuat serta kotoran dari jenis serangga yang tinggal di pohon. Daunnya juga sangat sensitif terhadap cahaya dan menutup secara bersamaan dalam cuaca mendung (ataupun gelap) sehingga air hujan dapat menyentuh tanah langsung melewati lebatnya kanopi pohon ini. Rerumputan juga berwarna lebih hijau dibawah pohon hujan dibandingkan dengan rumput disekelilingnya.
Pohon ini memang diperuntukkan bagi ruang publik yang sangat luas seperti taman atau taman, halaman sekolah ataupun pekarangan rumah yang mempunyai area tanah yang sangat luas.
Ciri pohon trembesi ini sangat mudah dikenali dari karakteristik dahan pohonnya yang akan membentuk seperti bentuk payung. Dan pohon trembesi ini akan tumbuh melebar melebihi ketinggian pohonnya. Dinegara asalnya pohon ini dipergunakan sebagai pohon penyejuk di perkebunan maupun taman.
Selain kelebihan diatas ternyata pohon trembesi juga mampu menyerap CO2 puluhan kali dari pohon biasa. Pohon trembesi mampu menyerap 28,5 ton karbondiokasida setiap tahunnya. Bandingkan dengan pohon biasa yang rata-rata mampu menyerap 1 ton CO2 dalam 20 tahun masa hidupnya. Selain itu pohon Trembesi juga mampu menurunkan konsentrasi gas secara efektif, tanpa penghijauan dan memiliki kemampuan menyerap air tanah yang kuat.
- CASSIA
Sebagaimana Senna, jenis-jenis Cassia banyak yang memiliki bunga yang berwarna indah, sehingga sesuai sebagai pohon penghias taman. Beberapa jenisnya juga dimanfaatkan dalam kegiatan penghutanan kembali (reforestasi); bahkan jenis-jenis tertentu juga dimanfaatkan untuk mengatasi proses penggurunan (desertifikasi). Tanaman ini mampu menyerap karbondioksida sebesar 5.295,47 (Kg/ pohon/ tahun).
- KENANGA
Pohon kenanga terdiri atas dua macam. Yang pertama adalah kenanga biasa (Cananga odorata macrophylla) yang berbentuk pohon dengan tinggi mencapai 20 meter. Kedua, kenanga perdu (Cananga odorata fruticosa) yang biasa ditanama sebagai tanaman hias dengan tinggi maksimal 3 meter. Kenanga dapat tumbuh baik di dataran rendah hingga ketinggian 1200 m dpl., menghendaki iklim panas dengan curah hujan antara 300 – 500 mm sinar matahari yang cukup dengan suhu 25 – 30 °C. Memerlukan sinar matahari penuh atau sebagian, dan lebih menyukai tanah yang memiliki kandungan asam di dalam habitat aslinya di dalam hutan tadah hujan.
Suatu penelitian menyebutkan bahwa daya serap bersih karbondioksida tertinggi tiap daun adalah kenanga sebesar 1.52 g/ cm2/ jam. Jadi kenanga selain bisa membuat kita rileks dengan aroma khasnya yang wangi, juga dapat membantu membersihkan udara dari tumpukan CO2 di atmosfer.
- PINGKU (Dysoxylum excelsum)
Tumbuhan ini dahulu memang banyak terdapat di kawasan hutan di Pulau Bali. Tapi sekarang, populasi pohon ini di Bali mugkin sudah kalah dengan jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali dalam sehari. Karena itu, tidak mengherankan bila menemukan pohon ini bukanlah mudah, di kawasan hutan habitat aslinya sekalipun. Tumbuh di kawasan hutan hujan musiman, pada umumnya sampai pada ketinggian 500-800 m dpl., tetapi juga bisa sampai pada ketinggian 1.700 m dpl. Tanaman ini mampu menyerap karbondioksida sebesar 720,49 (Kg/ pohon/ tahun).
- BERINGIN (Ficus benyamina)
Pohon besar dengan tinggi mencapai 20 - 25 meter, dengan tajuk bulat. Pohon beringin yang lebih tua dicirikan oleh akar gantung yang tumbuh menjadi tunggul kayu tebal yang seiring berjalannya waktu menjadi tidak terbedakan dengan pokok utama pohon. Pohon beringin dapat menyebar menggunakan akar gantung ini untuk menutupi daerahnya, seperti spesies pohon besar (yang termasuk pohon Ficus carica).
Pohon beringin mempunyai akar gantung untuk bernapas. Akar tersebut tumbuh dari batang dan menggantung kearah tanah. Pada saat masih menggantung, akar ini menyerap uap air dan gas dari udara. Akan tetapi setelah masuk ke tanah, akar tersebut berfungsi menyerap air dan garam mineral. Tanaman ini mampu menyerap karbondioksida sebesar 535,90 (Kg/ pohon/ tahun).
- KIARA PAYUNG (Fellicium decipiens)
Kiara Payung memiliki karakterisitik daun yang lebat dengan warna hijau yang tua, serta teksturnya yang kuat. Kiara payung tahan terhadap terik dan panasnya cahaya matahari, dengan batang yang sangat keras yang dimiliki, pohon yang satu ini sangatlah kuat dan sanggup bertahan dari terpaan angin yang kencang.
Pohon peneduh yang satu ini dapat tumbuh hingga mencapai tinggi 5 meter atau bahkan bisa juga lebih daripada itu, namun pada umumnya pohon Kiara Payung memiliki tinggi rata – rata 5 meter dan diameter tajuk yang dapat mencapai 10 meter, namun apabila pohon Kiara Payung di tanam di kiri dan kanan jalan raya perkotaan dimana biasanya lebar jalan tersebut mencapai 11 meter lebih, maka pohon yang sangat rindang ini bisa saja menutupi badan jalan dengan daun – daunnya.
Kiara Payung dapat berfungsi sebagai pengarah angin, penyaring udara yang sudah tercemar (polutan), meredam suara, mencegah erosi, pelindung dari cahaya matahari yang menyengat dan air hujan yang turun, serta juga dapat menjadi kontrol visual dan memiliki nilai estetika. Tanaman ini mampu menyerap karbondioksida sebesar 404,83 (Kg/ pohon/ tahun).
- MATOA (Pornetia pinnata)
Pohon Matoa dapat mencapai tinggi 47 m, dengan garis tengah batang 140 cm, berbanir besar sampai 5,50 m tingginya. Tanaman ini memiliki tinggi rata-rata 18 meter, dengan diameter maksimum 100 cm. Pohon matoa memiliki batang dan kayu yang keres, buahnya berbentuk lonjong atau bulat telut. Memiliki warna buah muda hijau dan warna matang buah berwarna kemerahan. Tumbuhan ini dapat dijumpai di hutan primer maupun sekunder, sampai ketinggian 1.700 m dpl. Tanaman ini mampu menyerap karbondioksida sebesar 329,76 (Kg/ pohon/ tahun).
- MAHONI (Swettiana mahagoni)
Tanaman mahoni ini merupakan tanaman tropis dan banyak ditemukan tumbuh liar di hutan jati dan tempat-tempat lain yang dekat dengan pantai. Tanaman ini dapat tumbuh dengan subur di pasir payau dekat dengan pantai. Tanaman ini menyukai tempat yang cukup sinar matahari langsung (tidak ternaungi). Tanaman ini termasuk jenis tanaman yang mampu bertahan hidup di tanah gersang sekalipun. Walaupun tidak disirami selama berbulan-bulan, mahoni masih mampu untuk bertahan hidup.
Pohon mahoni bisa mengurangi polusi udara sekitar 47% – 69% sehingga disebut sebagai pohon pelindung sekaligus filter udara dan daerah tangkapan air. Daun-daunnya bertugas menyerap polutan-polutan di sekitarnya. Sebaliknya, dedaunan itu akan melepaskan oksigen (O2) yang membuat udara di sekitarnya menjadi segar. Ketika hujan turun, tanah dan akar-akar pepohonan itu akan mengikat air yang jatuh, sehingga menjadi cadangan air. Tanaman ini mampu menyerap karbondioksida sebesar 295,73 (Kg/ pohon/ tahun).
- SAGA (Adenanthera pavoniana)
Saga pohon merupakan tanaman serbaguna, semua bagian tanaman bermanfaat mulai dari biji, kayu, kulit batang dan daunnya. Saga pohon mampu memproduksi biji kaya protein serta tidak memerlukan lahan khusus untuk penanaman karena bisa tumbuh di lahan kritis, tidak perlu dipupuk atau perawatan intensif. Selain itu, hama dan gulmanya minim sehingga tidak memerlukan pestisida, jadi bersifat ramah lingkungan karena dapat ditanam bersama tumbuhan lainnya. Kandungan protein yang terdapat pada biji saga pohon tersebut juga lebih besar bila dibandingkan dengan kedelai dan beberapa tanaman komersil lainnya. (Sutikno, 2009). Jenis ini umumnya dipakai sebagai peneduh di jalan-jalan besar dan juga mudah ditemukan di pantai. Tanaman ini mampu menyerap karbondioksida sebesar 221,18 (Kg/ pohon/ tahun).
- BUNGUR (Lagerstroema speciosa)
Bungur adalah sejenis tumbuhan berwujud pohon atau perdu yang dikenal sebagai pohon peneduh jalan atau pekarangan. Bunganya berwarna merah jambu, bila mekar bersama-sama akan tampak indah. Bungur besar dulu juga banyak ditanam di pekuburan. Kini selain ditanam sengaja di pinggir jalan raya dan halaman rumah, juga banyak tumbuh liar di tepian sungai. Kini selain secara sengaja ditanam di pinggir jalan raya dan halaman rumah, juga banyak tumbuh liar di hutan tepian sungai. Tanaman ini mampu menyerap karbondioksida sebesar 160,14 (Kg/ pohon/ tahun).
Sebenarnya masih ada beberapa tanaman penyelamat lingkungan lainnya yang mampu menyerap banyak karbondioksida, yaitu :
Jati, Tectona grandis, 135,27 kg/tahun
Nangka, Arthocarpus heterophyllus, 126,51 kg/tahun
Johar, Cassia grandis, 116,25 kg/tahun
Sirsak, Annona muricata, 75,29 kg/tahun
Puspa, Schima wallichii, 63,31 kg/tahun
Akasia, Acacia auriculiformis, 48,68 kg/tahun
Flamboyan, Delonix regia, 42,20 kg/tahun
Sawo kecil, Maniilkara kauki, 36,19 kg/tahun
Tanjung, Mimusops elengi, 34,29 kg/tahun
Bunga merak, Caesalpinia pulcherrima, 30,95 kg/tahun
Sempur, Dilenia retusa, 24,24 kg/tahun
Khaya, Khaya anthotheca, 21,90 kg/tahun
Merbau pantai, Intsia bijuga, 19,25 kg/tahun
Akasia, Acacia mangium, 15,19 kg/tahun
Angsana, Pterocarpus indicus, 11,12 kg/tahun
Asam kranji, Pithecelobium dulce, 8,48 kg/tahun
Saputangan, Maniltoa grandiflora, 8,26 kg/tahun
Dadap merah, Erythrina cristagalli, 4,55 kg/tahun
Rambutan, Nephelium lappaceum, 2,19 kg/tahun
Asam, Tamarindus indica, 1,49 kg/tahun
Kempas, Coompasia excelsa, 0,20 kg/tahun
Bambu juga diyakini memiliki efektivitas penyerapan CO2 yang besar, sekitar 30% lebih baik dari pohon kebanyakan. Selain itu bambu sangat cepat tumbuh, mencapai 90 cm per hari, tergantung spesies, kondisi alam dan tanah tempat bambu tumbuh. Sehingga tak salah bambu menjadi salah satu kunci penyelamat bumi dari bencana global warming.
BLHD Kabupaten Bangka Barat hingga tahun 2013 telah melakukan penanaman bibit/ pohon lebih dari lima ribu batang untuk memperindah kota Muntok khususnya. Tanaman yang ditanam antara lain adalah: trembesi, mahoni, angsana, glodokan tiang, dan pohon tanjung. Lokasi penanaman juga di berbagai tempat seperti di tepi jalan utama, taman rekreasi, dan tepi alur sungai. Namun dikarenakan adanya pelebaran jalan, beberapa tanaman harus dipangkas dan sebagian dipindahkan ke lokasi lain. Kegiatan penanaman bibit pohon yang mampu menyerap karbondioksida ini dilaksanakan oleh BLHD Kabupaten Bangka Barat secara terus menerus dengan tujuan selain untuk penghijauan, juga untuk membantu mengurangi dampak dari efek Gas Rumah Kaca dan dampak perubahan iklim. Demi kelangsungan hidup generasi yang akan datang, marilah kita bersama menanam pohon, terutama pohon yang dapat menyerap karbondioksida.
disarikan dari berbagai sumber.